KETIKA IBU IBU MELAKUKAN INI
"Telinga mana telingaa?"
"Kalo mata, yang manaa?"
"Kalo sholat gimanaa dek sholaat?"
"Kalo hidung mana hidung?"
"Kalo adzan gimana dek adzaan?"
"Kalo bahasa rusia nya Halo Balita lagi diskon apaaa Emil?"
"Kalo kayang gimana kayaaang?"
Sering gak mak mendengar kalimat semacamnya?
Biasanya yang begini itu simbah simbah alias kakek nenek ketika melihat cucunya dikelilingi beberapa orang dewasa.
Dan ketika orangtua saya sendiri begini, i really feel like in some kind of awkward moment. Rasanya kaya pengen bilang,
"Mah, plis deh, buat apah?"
Kenapa saya merasa aneh? Karenaaa, hmmm, semacaaam apa ya, ingin menunjukkan sejauh mana si cucu bisa ini itu dengan mengetesnya di depan orang lain. Lalu yang ditunggu tentu saja kalimat,
"Ih pinterrr bangett sih kamuuuuu!"
BUAT APAAAAHHHHHHHHHH.
***
Apakah saya tidak pernah melakukannya?
Pernah dong. Didepan suami saya seorang. Buat ngasi liat ke suami kalo anaknya sudah bisa begini dan begitu. Karena seringnya para suami gak apdet perihal anaknya bisa ngapain aja waakakakakka..
Selebihnya saya tidak pernah begitu saat dikerumunan.
Lalu dengan video gimana? Well i think it's different. Karena sesuatu yang diunggah berupa video itu, like for fun. Dan gak membuat orang memaksa menunggu kehebatan yang anak kita mungkin lakukan.
Mau nonton silahkan, engga yaudah, kalo boleh dikatakan seperti itu.
Sedangkan melakukan di kehidupan nyata, kita membuat orang tersebut menunggu anak kita menunjukkan hasil tes yang kita lakukan, lalu menunggu kalimat sorak dari mereka.
Pfffttt.
***
Saya teringat waktu di kereta bertemu seorang ibu yang anaknya seumuran Emil.
Setelah basa basi tanya usia, dan ternyata usia anak kita sama, si ibu melakukan serangkaian tes didepan kami dan Emil.
I was like ENG ING ENG.
"Mata manaa dek mataa?"
Dll.
Anaknya diberondong sekian pertanyaan oleh sang ibu. Dan wagu moment disaat kaya gitu adalah, ketika si anak bengong gak melakukan apa-apa saat di tes. Wakakakak..
Mugkin sebenarnya si anak memang bisa melakukan itu, tapi biasa kan, kadang mereka malu atau gimana.
Saat itu yang pengen saya lakukan ke Emil adalah bertanya juga,
"Rumus integral gimanaa deek?"
AWUOOOOOOOOOOOOOO.
***
Mungkin sepele ya, alah masih kecil ini.
Atau alah gitu doang aja mak.
Tapi jangan sampai yang sepele ini menjadi kebiasaan ya Bu..
Terbiasa memamerkan, menunggu pujian, atau mungkin nanti jatuhnya membandingkan jika si anak lain yang seusia anakmu ternyata jauh lebih hebat.
***
Mungkin ibu-ibu yang melakukan itu, hanya ingin berinteraksi kepada orang sekeliling dengan "caranya" tersebut. Atau mengajarkan anak berinteraksi dengan orang baru.
Apakah salah?
ENGGAK LAH.
Tapi apakah tepat?
Anak-anak memang menakjubkan, cepat diajari, cepat sekali meniru, tentu aja kita seneng dong apalagi kalo yang ditiru adalah hal yang bagus.
Sehingga anak-anak ini potensial sekali jika boleh dibilang, untuk dipamerkan sudah bisa apa aja.
Lha tujuannya ngetes anak sedemikian rupa didepan khalayak ramai itu apa? Beneran karena biar si anak gak jadi pemalu?
Atau jangan-jangan sorak sorai yang kita tunggu?